ku bahagia kau telah terlahir di dunia dan ada diantara
milyaran manusia
dan ku bisa dengan radar ku menemukan mu
Pengalaman di sore ini cukup dikutip dari sebuah film yang
berjudul "Perahu Kertas" dimana cinta itu ngga pernah bisa satu jika
dipaksakan, cinta itu ngga pernah bisa satu bila hanya satu pihak yang
mencintai, dan cinta itu ngga akan pernah muncul tanpa keberanian. Emosi dan
air mata juga berkolaborasi ketika beberapa hal fakta yang diiringi oleh
sedetik atau dua detik adegan di dalam film. Jenis film seperti ini yang memang
saya sukai, tanpa pemeran antagonis dan protagonis hanya menciptakan sesosok
manusia apa adanya dengan berbagai perasaan yang normal sedih, senang, bahagia,
cinta, dan cemburu.
Dimana cinta itu bukan memilih tetapi dipilih, cinta bukan
hanya disatu pihak tetapi dari dua pihak. Dari penggalan adegan dan kutipan
ketika seorang bapak bernama Wayan memilih cintanya, namun sang cinta tidak
memilih dirinya dan hanya derita cinta yang ia rasakan sampai hari tuanya.
Sebaiknya adalah cari lah orang yang dapat memilih mencintai kita sehingga kita
adalah orang-orang yang dipilih untuk dicintai.
“Hati itu dipilih, bukan memilih! Bertahan atau melepas,
bagaimana hatimu, tergantung hatimu,
hatimu yang tahu.” -Wayan
Ketika mencintai itu ngga pernah bisa untuk dipaksa,
seperti Kugy yang secara jujur memilih untuk mencoba mencintai Remi dan
perasaan ngga pernah bisa menjadi penipu kalau memang Keenan yang selalu
ada untuk mengisi hati Kugy. Setiap membicarakan Keenan mata Kugy selalu
berbinar-binar dan selalu bersemangat. Ketika kita sudah mampu memberikan
apapun segalanya tanpa pernah diminta itu lah yang disebut mencintai
dengan ketulusan (Perahu Kertas).
“Cari orang yang bisa ngasih kamu
apapun,
segala-galanya,
tanpa pernah kamu minta.” –Remi
Cinta juga ngga pernah untuk minta dipaksakan,
“Aku melepas kamu supaya
kamu nggak terus-terusan berusaha buat bahagiain aku.
Karena.. hati kamu udah
nggak di sini.” –Remi
Ketika kita dibawa masuk ke dalam cerita sosok Kugy dan
Keenan pasti sudah bisa menebak bahwa akhir cerita ini adalah mereka
bersama dimana Kugy adalah penulis dongeng anak-anak, sedangkan Keenan adalah
ilustrator dan mereka dipertemukan dalam situasi yang saling mendukung
(simbiosis mutualisme), merem pun kita sudah bisa meramal bahwa kondisi akhir
adalah happy ending. Dee Lestari memang selalu berhasil membuat
alur cerita, dimana awal cerita sudah bisa kebaca namun ditengah cerita
penonton diajak berfikir ulang apakah kedua tokoh ini dapat bersama? dan saya
hampir berfikiran bahwa 'cinta itu ngga harus memiliki' karena alur yang dibuat
sudah tidak memungkinkan untuk bahagia. Pikiran saya ternyata terbuka
kembali ketika penyataan 'cinta itu ngga bisa untuk dipaksakan' dan akhirnya,
“Karena hanya bersamamu segalanya terasa
dekat,
segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar.” –Kugy
dan Dee Lestari yang selalu membuat alur cerita happy
ending itu ternyata benar adanya.