Minggu, 31 Maret 2013

Sarana manusia yang tidak memanusiakan

"Busway di hari senin pagi, sarana umum manusia yang tidak berprikemanusiaan"

Saya tuliskan hal itu di akun salah satu media sosial kepemilikan saya. Imbas dari kendaraan beroda empat yang biasa saya gunakan menuju kantor magang saya yang terbilang cukup jauh yaitu di Palmerah sedang mengalami kerusakan karena sudah membuat jantung saya loncat berkali-kali karena secara mengejutkan benda bergerak itu berhenti mendadak di jalur tercepat jalan tol yang notabene adalah jalan tanpa hambatan, damn!
Hari ini saya menggunakan motor matic warna merah saya menuju halte busway UKI dan berniat untuk melanjutkan perjalanan saya menuju kantor. Hanya dengan merogoh kocek sedangkal 3000 rupiah saja saya dapat menitipkan motor selama 8 dan akan saya ambil kembali ketika pulang kantor nanti. Lalu, apa yang bisa saya cerita dari perjalanan saya selama kurang lebih 1,5 jam dari cawang UKI menuju halte palmerah? Agak merasa kesal atau sedikit marah ketika saya mulai memasuki Busway dengan keadaan semerawut dan sangat amat penuh. Satu langkah kaki kiri saya melewati pintu bis dan merapat ke dalam dengan memegang pegangan di atap bis saya semakin terdorong ke dalam, antara badan saya dan tangan saya yang bergelayutan rasanya agak sakit karena terdorong orang dibelakang disitulah badan saya terasa remuk, tulang-tulang terasa mau patah dihantam penumpang sebanyak itu. Tidak cukup sampai disitu, semakin banyak halte yang disinggahi oleh bis, semakin bertambah kuota di dalam bis. That's why Busway terlihat semakin memendek dan ceper. 

Singkat cerita, apakah fasilitas yang disediakan oleh pemerintah Jakarta memang sudah sangat memadai? atau masyarakat lah yang sudah terlalu sesak memenuhi kerasnya Ibukota Jakarta ini?