Senin, 22 Oktober 2012

Film: Perahu Kertas

ku bahagia kau telah terlahir di dunia dan ada diantara milyaran manusia 
dan ku bisa dengan radar ku menemukan mu

Pengalaman di sore ini cukup dikutip dari sebuah film yang berjudul "Perahu Kertas" dimana cinta itu ngga pernah bisa satu jika dipaksakan, cinta itu ngga pernah bisa satu bila hanya satu pihak yang mencintai, dan cinta itu ngga akan pernah muncul tanpa keberanian. Emosi dan air mata juga berkolaborasi ketika beberapa hal fakta yang diiringi oleh sedetik atau dua detik adegan di dalam film. Jenis film seperti ini yang memang saya sukai, tanpa pemeran antagonis dan protagonis hanya menciptakan sesosok manusia apa adanya dengan berbagai perasaan yang normal sedih, senang, bahagia, cinta, dan cemburu. 

Dimana cinta itu bukan memilih tetapi dipilih, cinta bukan hanya disatu pihak tetapi dari dua pihak. Dari penggalan adegan dan kutipan ketika seorang bapak bernama Wayan memilih cintanya, namun sang cinta tidak memilih dirinya dan hanya derita cinta yang ia rasakan sampai hari tuanya. Sebaiknya adalah cari lah orang yang dapat memilih mencintai kita sehingga kita adalah orang-orang yang dipilih untuk dicintai.


“Hati itu dipilih, bukan memilih! Bertahan atau melepas,
bagaimana hatimu, tergantung hatimu, hatimu yang tahu.” -Wayan

Ketika mencintai itu ngga pernah bisa untuk dipaksa, seperti Kugy yang secara jujur memilih untuk mencoba mencintai Remi dan perasaan ngga pernah bisa menjadi penipu kalau memang Keenan yang selalu ada untuk mengisi hati Kugy. Setiap membicarakan Keenan mata Kugy selalu berbinar-binar dan selalu bersemangat. Ketika kita sudah mampu memberikan apapun segalanya tanpa pernah diminta itu lah yang disebut mencintai dengan ketulusan (Perahu Kertas). 

“Cari orang yang bisa ngasih kamu apapun,
segala-galanya, tanpa pernah kamu minta.” –Remi

Cinta juga ngga pernah untuk minta dipaksakan, 

“Aku melepas kamu supaya kamu nggak terus-terusan berusaha buat bahagiain aku.
Karena.. hati kamu udah nggak di sini.” –Remi

Ketika kita dibawa masuk ke dalam cerita sosok Kugy dan Keenan pasti sudah bisa menebak bahwa akhir cerita ini adalah mereka bersama dimana Kugy adalah penulis dongeng anak-anak, sedangkan Keenan adalah ilustrator dan mereka dipertemukan dalam situasi yang saling mendukung (simbiosis mutualisme), merem pun kita sudah bisa meramal bahwa kondisi akhir adalah happy ending. Dee Lestari memang selalu berhasil membuat alur cerita, dimana awal cerita sudah bisa kebaca namun ditengah cerita penonton diajak berfikir ulang apakah kedua tokoh ini dapat bersama? dan saya hampir berfikiran bahwa 'cinta itu ngga harus memiliki' karena alur yang dibuat sudah tidak memungkinkan untuk bahagia. Pikiran saya ternyata terbuka kembali ketika penyataan 'cinta itu ngga bisa untuk dipaksakan' dan akhirnya,

“Karena hanya bersamamu segalanya terasa dekat, 
segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar.” –Kugy

dan Dee Lestari yang selalu membuat alur cerita happy ending itu ternyata benar adanya.